Nasib seseorang itu gak ada yang tau , terkadang roda perekonomian berada di bawah namun ada kalanya berada di atas. Oleh karenanya janganlah suka mencela seseorang , belum tentu 2 - 3 tahun lagi masih merasakan kenikmatan yang sama seperti sekarang.
Terkadang orang sudah merasa yang paling hebat , punya harta yang berlimpah , pendidikan yang tinggi (setinggi menara eiffel) , rumah mewah , segala kebutuhan tinggal teriak sana teriak sini hemm namun mereka lupa bahwa di luar ruang lingkup mereka masih banyak orang - orang hebat. Apa kehebatan mereka ? mereka selalu gigih bekerja , mereka tidak ingin tidur (pemikirannya) , mereka selalu menantap dengan penuh optimis , mereka selalu melangkah (tidak ingin duduk , berpangku tangan) salah satu dari mereka adalah Tri Sumono
Awal Karir
Pria kelahiran Gunung Kidul ini adalah seorang lulusan SMA pada tahun 1993 nekad berangkat ke Jakarta bermodal Tas yang isinya Kaos + Ijazah. Setiba di jakarta apa yang di lakukan ? ya tentu saja mencari pekerjaan "Kerja Apa Aja" yang terpenting tidak merugikan orang lain. Awal bekerja di Jakarta sebagai buruh bangunan di daerah Ciledug , pekerjaan ini tidak lama dijalani karena selang beberapa bulan ada tawaran sebagai tukang sapu di kantor daerah Palmerah.
Menjadi tukang sapu dipilih karena dinilai kerjaanya lebih ringan di banding menjadi buruh bangunan. Ternyata inilah awal dari kesuksesan , karena dinilai bekerja secara baik kemudian diangkat menjadi seorang office boy dikantor tersebut. Selang beberapa lama kemudian diangkat menjadi tenaga pemasar dan karirnya terus menajak hingga diangkat sebagai penanggung jawab gudang.
Merintis Usaha
Apakah hanya bekerja di kantoran saja ? ternyata tidak , Tri Sumono juga bekerja sampingan disaat libur kerja. Setiap sabtu & minggu selalu meluncur ke stadion Gelora Bung Karno berjualan pernak pernik aksesoris seperti jepit rambut , kalung , gelang dan lain sebagainya. Kerja sampingan itu dilalukan selama 4 tahun lamanya dengan modal 100 ribu rupiah.
Tri Sumono merasa mempunyai usaha sendiri ternyata lebih menjanjikan dibanding sebagai karyawan dengan gaji pas - pas'an. Akhirnya pada tahun 1997 ia nekad keluar dari tempatnya bekerja dan memulai usaha dagang aksesoris hingga mempunyai kios di Mall Graha Cijantung.
Tahun 1999 kios yang di Mall Graha Cijantung laku terjual karena ada penawaran dengan harga tinggi , kemudian Tri Sumono membeli rumah di daerah Perumahan Pondok Ungu Bekasi Utara. Di rumah tersebut memulai bisnis sembako karena melihat potensi bahwa Perumahan Pondok Ungu tempatnya bermukim itu bakal berkembang dan menjadi ramai. Demi meramaikan kawasan tempatnya tinggal, ia kemudian membangun
sebanyak 10 rumah kontrakan yang di pasarkan dengan harga miring. Rumah
kontrakan ini kebanyakan disewa oleh pedagang keliling, seperti penjual
bakso,dan gorengan.
Tahun 2006 ia mengembangkan naluri bisnisnya dengan membuat usaha pembuatan sari kelapa , ternyata untuk membuat sari kelapa merupakan proses dari fermentasi air kelapa murni dengan bantuan bakteri Acetobacter xylium. Tri ingin membuat sari kelapa yang memiliki strandrat kualitas yang baik , sehingga ia merayu seorang dosen ITB agar mau mengajari cara membuat menghasilkan sari kelapa dengan kualitas bagus. Setelah produk sari kelapanya lumayan memuaskan, ia langsung memproduksi
10.000 nampan dan bisa lolos ke perusahaan. Produksi pertamanya ini
senilai Rp 70 juta. Sekarang terbalik, beberapa perusahaan antri
mengambil olahan sari kelapanya. Nah … sejak saat itulah perjalanan
bisnis Tri Sumono terus maju dan berkembang dengan omzet yang diterima setiap bulannya bisa mencapai 500 juta rupiah.
Kesimpulan
Apa yang bisa kita petik dari Bpk Tri Sumano ? ada beberapa hal yang patut di jadikan referensi kehidupan , bahwa untuk mencapai hasil yang lebih baik janganlah mudah berpangku tangan. Lihat potensi yang ada di sekeliling kita , jangan telalu muluk² mengejar omzet yang besar namun perlu merintis dari nominal yang kecil agar bisa berkembang tumbuh menjadi besar.
0 komentar:
Posting Komentar